Kerajinan perak Lumajang, primadona di pulau dewata – sukses merambah mancanegara
Budaya Logam Tanah Jawa
Budaya logam tanah jawa pada kenyataannya merupakan bukti paling faktual dari tingginya peradaban peninggalan kerajaan-kerajaan besar yang pernah berjaya dan berdaulat di tanah jawa. Kerajinan logam baik emas, perak, perunggu, tembaga dan kuningan pada mulanya banyak dikembangkan untuk membuat persenjataan, perkakas rumah tangga, cinderamata dan perhiasan. Pada perkembangannya motif dan corak kerajinan logam tanah jawa juga mendapat pengaruh dari peradaban lain seperti
Tercatat dalam rentang tahun 1405-1433 Bahariwan muslim asal negeri tiongkok laksamana Muhammad Cheng Ho mengadakan muhibah perdamaian dan menjalin hubungan perniagaan dengan kerajaan – kerajaan di nusantara, cheng ho tak ketinggalan memberikan cinderamata berupa guci, kain sutera hingga kerajian logam khas negeri naga. Dalam ekspedisinya yang tercatat terbesar sepanjang sejarah pelayaran dunia, armada cheng ho juga menyertakan beberapa tenaga profesional yang memiliki kompetensi tinggi dibidangnya seperti ahli pengobatan, ahli persenjataan, ahli pertukangan, ahli kerajinan, dsb yang membagikan ilmu kepada penduduk pribumi yang disinggahinya.
Motif Perak Tulang Naga “Dragon Bone”, Motif Khas Lumajang yang mendunia
Kerajinan perak “Lumajang” dipercaya memiliki ke-khasan corak dan motif yang membuatnya berbeda dari hasil karya para pengrajin perak kotagede maupun pengrajin perak pulau dewata. Motif Tulang naga atau oleh orang barat disebut Dragon Bone sudah lama dikenal dan diakui sebagai karya khas pengrajin perak Lumajang, konon motif ini diilhami dari gelang perak yang dipakai oleh Maha Patih Gajah Mada saat menggelorakan sumpah amukti palapa.
Berkat motif khas inilah para pengrajin perak Lumajang yang sebagian menekuni profesi sebagai pekerja art shop di sentra kerajinan perak celuk, gianyar
Menggagas Wisata Alternatif berbasis kerajinan
Diakui atau tidak Home industri perak di Pulo dan sekitarnya selama ini mengalami dilema klasik yakni kurangnya perhatian dan dukungan dari pemerintah daerah dalam menjembatani akses modal dan pasar.
Pariwisata di Lumajang dengan prospeknya yang cerah sesungguhnya bisa membuka peluang untuk mempromosikan kerajinan perak sekaligus menggagas sebuah paket wisata alternatif berbasis kerajinan sebagaimana yogyakarta yang sukses mengemas pusat kerajinan rakyat “kasongan” sebagai tujuan wisata alternatif.
Beberapa waktu yang lalu motif perak khas lumajang “tulang naga” dan ratusan motif perak khas nusantara lainnya telah dibajak dan dipatenkan oleh pengusaha asing, sehingga sekaranglah saat yang tepat bagi pemerintah untuk berbuat secara nyata dan pro aktif dalam menjaga dan mendorong agar home industri kerajinan perak di Pulo dan sekitarnya bisa tumbuh dan berkembang menjadi salah satu icon lumajang yang membanggakan.
Kerajinan Perak Lumajang, sampai kapankah mampu bertahan ?
Pulo memang menjadi sebuah desa yang istimewa, roda perokomomiannya berkembang cukup pesat, rumah-rumah gedong yang sebagian diantaranya mewah (magrong-magrong) memberikan kesan betapa home industri kerajinan emas dan perak tidak sekedar bisa menghidupi melainkan juga menjadikan Pulo kini sebagai “desa yang berwajah kota”.
Karya kerajinan perak pulo dan sekitarnya memang cukup lama bertahan menjadi primadona di pulau dewata dan bahkan sukses menembus pasar mancanegara.
Melihat dari dekat home industri kerajinan perak di pulo dan sekitarnya pada hari ini kita akan merasa prihatin. Beberapa tahun belakangan ini pengrajin perak mengalami masa-masa kritis lantaran terkena dampak langsung krisis ekonomi global, para investor kerajinan asal mancanegara sebagian justru beralih mempekerjakan pengrajin perak asal
Bergantian
Ketika logam yang sangat keras setelah dipanaskan harus ditempa secara bergantian oleh pande besi yang akan membuat senjata tradisional yang dipesan oleh penggemar seni terutama senjata
kerja yang jauh lebih murah.